Pendidikan
adalah salah satu aspek penting terhadap kemajuan bangsa. Bangsa yang besar
bukanlah ditentukan oleh sejauh mana hasil kekayaan buminya, tetapi bangsa yang
besar adalah mereka yang bisa menciptakan sesuatu yang berguna bagi dunia.
Menjadi
seorang pendidik tidaklah mudah, perlu kesabaran dan keuletan. Mereka memiliki
tanggung jawab yang besar dalam membangun karakter generasi bangsa yang
berkualitas. Mereka pun harus mampu memahami kemampuan para peserta didiknya
dengan baik, karena tidak semua anak yang mereka didik dengan cepat mengerti
terhadap materi yang disampaikan. Tentu saja cara mendidik anak berkebutuhan
khusus dengan anak-anak pada umumnya berbeda. Pun mendidik para pelajar sekolah
dasar - menengah, juga berbeda dengan mendidik peserta didik jenjang perguruan
tinggi.
Bagaimana
menjadi pendidik yang baik?
Guru
yang baik berarti guru yang nggak pernah ngomel (kan baik). Jadi jika ada murid yang
mengobrol saat belajar atau mencontek... senyum saja, biarkan saja...
Apakah seperti itu guru yang baik?
Eits, itu tidak benar! Guru memiliki hak untuk menegur dan menasehati siswanya
untuk berperilaku baik. Tentu dengan cara yang baik pula. Lakukan segala sesuatu sebijak mungkin, kapan
harus memberi nasehat, teguran, dan sebaginya. Perlu diingat, guru adalah pusat
perhatian murid.
Sebagai
seorang siswa yang pernah duduk di
bangku sekolah, dalam pandangan saya, seorang pendidik yang baik adalah :
- Masuk kelas tepat
waktu
Walaupun kadang sebagian murid ada yang tidak senang jika
gurunya ontime, jadi nggak bisa kesiangan, katanya. Hehehe
- Memahami materi yang
disampaikan dengan baik
Kalau seandainya guru itu sendiri tidak paham terhadap materi
yang disampaikan, apalagi murid-muridnya dong, iya nggak?
- Interaktif
Saat menyampaikan sebuah materi, guru harus mampu mengajak
siswa untuk ikut aktif dalam proses belajar mengajar. Kalau guru hanya
melototin buku atau papan board aja, yang ada para siswa ngantuk bareng-bareng.
- Memberi motivasi
Motivasi ini sangat penting disampaikan kepada para siswa agar
semangat dalam belajar. Ingatlah bahwa pesan moral seperti menghormati
orangtua, guru, bergaul di masyarakat, dan sifat nasionalisme harus diterapkan
sedini mungkin. Hal ini perlu karena para pelajar selain harus pandai dalam
akademis, juga harus memiliki sikap yang baik terhadap lingkungan di sekitarnya
dan mencintai tanah airnya.
- Ramah
Siapa murid yang senang jika gurunya cemberut terus? Mau
nyapa, takut. Saat datang ke kelas para siswa sibuk dagdigdug. Suasana kelas
menjadi tegang, krik krik krik. No! Tidak seperti ini! Siswa lebih senang kepada
guru yang ramah dan terbuka lho.
- Tegas
Saat ada murid yang mencontek ketika ulangan atau ngobrol
bersama temannya ketika proses belajar mengajar, jangan seganlah untuk
menegurnya. Toh dia memang salah kan? Apakah perbuatan salah harus
dibiarkan begitu saja? So, tegaslah saat itu diperlukan.
- Menyenangkan
Rata-rata
siswa sangat menyukai guru yang memiliki selera humor yang baik. Tapi ini tidak
mutlak harus dimiliki oleh seorang guru kok. Hanya sebagai nilai plus saja. Yang
penting buatlah suasana kelas menyenangkan agar siswa betah dalam belajar.
Ada
informasi menarik yang sangat greget bagi saya dari sebuah situs yang
saya temui, betapa kagumnya saya terhadap para guru di negara peraih juara
pertama pendidikan terbaik di dunia :
Negara
Finlandia, berhasil meraih Peringkat 1 berdasarkan
hasil survei internasional yang komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization
for Economic Cooperation and Development (OECD). Jika negara-negara lain
percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat
penting bagi kualitas pendidikan, Finlandia justru percaya bahwa ujian dan
testing itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa. Terlalu banyak testing
membuat kita cenderung mengajarkan kepada siswa untuk semata lolos dari ujian.
Di balik itu
semua, kunci keberhasilan pendidikan Finlandia adalah kualitas para gurunya. Para guru sangat menghindari kritik
terhadap pekerjaan siswa mereka. Menurut mereka, jika kita mengatakan “kamu
salah” pada siswa, maka hal tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika mereka
malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan
melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan
nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya.
Apakah
kualitas guru di negara kita bisa seperti mereka atau bahkan lebih baik dari
mereka? Jawabannya kembali lagi pada diri masing-masing pendidik di negara ini.
Hal ini tidak mustahil kok, mereka bisa, kenapa kita nggak? Dan tentunya perlu
dukungan pula dari para peserta didik, pemerintah, dan masyarakat luas.